Sabtu, 02 April 2011

BEBERAPA TULISAN TENTANG MEDIA BROADCAST

Rasa cinta dan sayang pada dunia broadcast menuntun saya membuat blogger ini. Semoga tulisan yang dihimpun dari beberapa "teman internet" alias tulisan dari narasumber (mohon izin tulisanya dimuat di blogger ini) bisa menjadi selingan bagi blogger lainnya. Selamat membaca, semoga ada manfaatnya.

BAGAIMANA MEMBUAT ACARA RADIO YANG MENGUNTUNGKAN.
  • Pernah dengar radio yang penyiarnya kalau ngomong enak? 
  • Bersahabat dan bisa menyatu dengan suasana hati pendengarnya?
  • Setiap yang dibicarakan berisi dan bermanfaat untuk pendengar? 
  • Penyampaiannya tertata, terstruktur dan setiap pengucapan kata-katanya jelas dan mudah dipahami? 
  • Lagu-lagunya dikenal dan enak didengar? 
  • Menyambung dari lagu ke lagunya sangat serasi di telinga?
  • Penyiarnya sangat mahir dalam mengantarkan setiap lagu yang diputarkan?

Itulah kunci-kunci sebuah acara yang mampu menghipnotis pendengarnya untuk mendengarkan dan terus bertahan mendengarkan sampai penyiar menutup acara. 

Perlu diteliti dan dikaji lebih dulu untuk menciptakan sebuah acara yang bisa mengerti selera pendengar. Sebab diluar itu, banyak acara yang asal jadi dan asal siaran, yang tidak direspon oleh pendengarnya. Bisa jadi acara tersebut tidak dipersiapkan aturan bakunya. Penyiarnya saja kadang tidak tahu harus seperti apa menjalankan format siaran acara yang dipercayakan kepadanya. 

Berikut beberapa pedoman bagi Programmer Radio untukmenciptakan acara yang layak di dengarkan oleh audience dan layak dijual kepada pengiklan.

1. Sesuai target market audience
Setiap radio pasti punya target market audience. Siapa target pendengar yang jadi sasaran radio kita? Apakah masyarakat kelas A-B, atau A-B-C, atau lainnya. Baik dilihat dari segi psikografi maupun demografinya, sebuah radio pasti sudah merumuskan siapa target pendengar yang disasar. Pastikan bahwa acara yang kita susun sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan pendengar. Tidak mungkin acara dongeng diperuntukkan bagi kelompok pendengar laki-laki dewasa. Acara ini pasti akan lebih diminati oleh kelompok pendengar anak-anak, atau ibu-ibu yang ingin belajar mendongeng untuk anaknya.

2. Sesuai target market produk
Target market produk adalah pasarnya dari produk yang akan kita bidik sebagai sponsor atau pemasang iklan. Sudah saatnya seorang programmer di radio modern sekarang ini, mulai berpikir ke arah market oriented. Karena pada jaman sulit cari “duit” ini sebuah acara harus sejak dini dipikirkan siapa calon pembelinya. Produk apa saja yang layak disandingkan dengan acara yang sedang kita susun. Dengan kata lain Target Market Audience harus sama dengan Target Market Produk. Karena kalau tidak ada kesamaan, pemilik produk biasanya tidak akan tertarik untuk memasang iklan di acara tersebut.

3. Memenuhi keinginan pendengar
  • Seorang Programer Radio harus punya emphaty yang tinggi kepada pendengar. Mengapa?
Karena pada saat kita sedang merumuskan sebuah acara, kita harus bisa menjadi pendengar. Seandainya kita yang menjadi pendengar, apakah acara ini cukup penting dan memenuhi keinginan pendengar. Acara yang kita rumuskan bukan untuk memenuhi keinginan atasan atau pemegang saham di radio, tapi untuk pendengar. Kalau dalam ilmu menjual ada rumus pembeli adalah raja, maka dalam rumus programer radio, pendengar dan pengiklan adalah raja. Karena konsumen kita adalah pengiklan dan pendengar. 

4. Menarik pendengar
Banyak hal yang membuat acara jadi menarik bagi pendengarnya. Bisa karena kreatif-kreatif yang selalu berbeda dari show ke show. Bisa karena unsur penyiarnya yang enak membawakannya, kalimat-kalimatnya tertata dan disampaikan secara jelas dan tertata. Acara yang menghadirkan banyak hadiah sekarang juga menjadi trend acara radio yang disukai pendengar. Boleh jadi acara menarik karena bintang tamu yang dihadirkan selalu memberikan manfaat dan inspirasi positif bagi pendengarnya. Banyak ragam yang bisa diunggulkan dalam sebuah acara, agar acara itu punya daya tarik bagi pendengar maupun pengiklan. 

5. Berdampak bagi pendengar dan pengiklan
Acara yang berdampak adalah acara yang mampu membuat perubahan dan pengaruh positif bagi pendengarnya. Contoh paling sederhana adalah, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Ini adalah dampak yang dirasakan oleh pendengar. Bagi pendengar acara yang kita susun harus mampu mempengaruhi dan membawa perubahan. Entah itu perubahan sekedar koqnitif atau perubahan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, perubahan sikap atau affectif, sampai kepada perubahan psicomotorik atau tingkah laku. Sedangkan bagi pengiklan perubahan yang diharapkan juga sama, mulai dari koqnitif dimana semula pendengar tidak aware terhadap sebuah produk menjadi aware, kemudian ada keinginan di benak pendengar yang merasa butuh terhadap produk tersebut dan ada keinginan membeli, sampai kepada action membeli produk tersebut.

Inilah beberapa tahapan dan hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang programer radio ketika sedang merumuskan sebuah acara bagi pendengarnya. Acara yang menarik pasti akan mendatangkan pendengar yang banyak. Pendengar yang banyak inilah yang dapat dijual kepada pemilik produk yang target marketnya sesuai. Dari sini, acara radio yang kita susun akan menguntungkan bagi perusahaan. 

Jadi acara radio yang menguntungkan adalah acara yang didengarkan oleh banyak pendengar dan pendengar itu sesuai dengan target market produk yang kita bidik. Selanjutnya tugas orang marketing yang akan mensosialisasikan dan menjual acara tersebut kepada pengiklan.
(David Kisdi, Praktisi Radio di Jakarta)


ERA DIGITAL ? SUDAH SIAPKAH KITA ?  ||  Monday, 16 Jul 2007

Akhir-akhir ini gaung pemanfaatan teknologi digital dalam industri broadcasting dan telekomunikasi semakin hari semakin gencar, seolah dunia digital tinggal selangkah lagi berada di hadapan kita. Harus kita akui bahwa berbagai perubahan teknologi broadcasting, telekomunikasi dan internet, semakin hari semakin cepat saja laju perkembangannya. 

Di dalam industri-industri tersebut, kemudian terjadi suatu hubungan timbal balik yang sangat erat satu sama lainnya. Misalnya kini industri telekomunikasi dapat menyiarkan audio atau video bagi masyarakat penggunanya. Di lain pihak industri broadcasting juga memanfaatkan industri telekomunikasi dan internet, untuk menyebarluaskan isi siarannya.

Bilamana antara industri telekomunikasi, broadcasting dan internet sudah menyatu, sampailah kita pada suatu era yang dinamakan era konvergensi (convergent). Apakah Indonesia sudah siap memasuki era ini? Siap atau tidak siap, negara kita, terutama di kota-kota besarnya tidak mungkin lagi untuk mengisolasi dari kemajuan teknologi yang terjadi secara global ini, apalagi negara kita sekarang telah menjadi negara terbuka dengan ikut menandatangani AFTA (Asia Free Trade Agreement).

Sebagai negara yang membuka diri secara ekonomi dan perdagangan, tentu banyak tuntutan para investor dari berbagai sektor agar fasilitas telekomunikasi, broadcasting, internet atau multimedia menjadi sebagai fasilitas infrastruktur standar yang harus tersedia. Demikian pula industri content kita, para broadcasters harus melakukan berbagai upgrade dan perbaikan perangkat ke arah digitalisasi, agar sesuai dengan standar internasional yang digunakan.

Untuk itulah kemudian Pemerintah Indonesia melalui Departemen Komunikasi dan Informasi melakukan uji-coba sistem digital siaran baik televisi maupun radio. Hingga akhir bulan Desember 2006 yang lalu uji coba sistem digital DVB (Digital Video Broadcasting) sistem digital yang digunakan di Eropa dan DMB-T (Digital Multimedia Broadcasting-Terrestrial ) yang digunakan RRC. Dalam waktu dekat tentu Pemerintah akan menetapkan sistem digital bagi Televisi yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. 

Masa transisi untuk mencapai era digitalisasi ini, sebagaimana diperkirakan terjadi di negara-negara lain akan memakan waktu 5 hingga 10 tahun. Masa transisi yang panjang ini, supaya proses migrasi ke digital terjadi secara alamiah, tanpa merugikan masyarakat. Di samping industri juga akan mempersiapkan supaya masyarakat yang belum mampu membeli perangkat digital, tetap dapat mengakses informasi, berita dan hiburan dengan menggunakan set-up box yang berharga murah.

Industri Radio juga bersama-sama Pemerintah telah melaksanakan program uji-coba sistem digital bagi radio. Uji-coba menggunakan 2 sistem audio yang berbeda telah dilaksanakan yakni dengan sistem IBOC (In Band on Channel) dan DAB (Digital Audio Broadcasting). Secara teknologi kedua sistem dapat berjalan dengan baik, yang harus menjadi perhatian terutama adalah soal non-teknologinya.

Sistem IBOC bekerja pada frekuensi AM dan FM, di Amerika sistem ini digunakan untuk memberikan value added bagi radio-radio yang telah ada. Sistem ini juga tidak memberikan banyak penghematan dalam penggunaan kanal frekuensi, karena hasil uji-coba di Jakarta membuktikan dengan kanal frekuensi yang rapat 400 khz, hanya dapat ditambahkan atau diinsert satu program siaran tambahan dengan menggunakan frekuensi yang sama.

Sistem digital audio DAB juga telah diuji-cobakan pada kanal frekuensi VHF 10D, uji-coba secara teknis berlangsung dengan baik. Persoalan akan muncul lebih kepada pemanfaatan kanal VHF untuk radio, harus merubah masterplan alokasi frekuensi yang baru beberapa tahun ditetapkan. Selain itu pada kanal VHF ini telah beroperasi program-program TVRI, disamping kanal VHF ini juga diinginkan oleh industri televisi dan multimedia, karena tidak hanya dapat digunakan untuk audio, namun juga video dan data. Di Korea kanal VHF digunakan untuk siaran radio dan televisi sekaligus, sehingga pemanfaatannya lebih optimal.

Migrasi untuk beralih dari sistem analog ke sistem digital di Indonesia, agaknya masih memerlukan masa yang lebih panjang dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kawasan Indonesia yang luas, penduduknya yang besar jumlahnya dengan tingkat sosial-ekonomi dan profesi yang sangat beragam, menyebabkan pembangunan infrastruktur telekomunikasi, broadcasting dan multimedia. (Ujang Nugraha)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar