Rabu, 18 Mei 2011

Kenangan di kota kelahiran, Bukittinggi

Bagi anda yang lahir dan dibesarkan di kota ini, tentu tidak ada sesuatu yang terlalu istimewa. Namun, bagi ambo yang lahir di kota jam gadang ini, beda karena dibesarkan di ibukota Jakarta. Nah, manakala kembali ke kampung halaman selalu terasa ada yang lain.

Sapakan di kota ini, mulai pesawat kebanggaan Indonesia mendarat di bandara Mia Padang 12.5.2011 mulailah rutinitas di Jakarta lepas dari pundak. Kota Depok sementara saya tinggalkan untuk mengantarkan Ortu, sekaligus menikmati cuti, semoga punya makna.

Tentang Bukittinggi, banyak disajikan klik saja google/blog yang ada inginkan.
Disini saya hanya berbagi terutama yang sama-sama lahir di kota ini.
Sekian tahun sejak kota ini menjadi ibukota sementara zaman penjajahan, ternyata tidak banyak berubah. Yang agak ekstrim adalah cuaca. Kalau lama tidak hujan, cuaca panas sudah tidak dingin dan sejuk seperti dulu. Itulah yang saya rasakan saat hari pertama, dan kedua di kota ini. Tapi, hari-hari berikutnya hujan turun, alhamdulilah kerinduan akan udara dingin dan sejuk itu kembali saya rasakan.

Saat tulisan ini turun hujan baru saja reda di kota yang sering ramai saat liburan karena selain turis asing, sering pula didatangi oleh masyarakat diluar Bukittinggi. Nah, rindu akan blog yang sudah lama tidak diisi. Sekian tahun baru kali ini saya menikmati makan buah durian dipinggir jalan bersama adik. Cuek..deh yang penting enak. Banyak makanan khas di kota ini yang bisa anda nikmati, coba saja masuk ke pasar bawah jl Soekarno-Hatta, hmmmm....bubur kampium, dan teman-temanya. Jadi, sebentar lagi musim liburan sekolah, masukkan kota bukittinggi menjadi pilihanmu untuk liburan panjang, sementara saya meneruskan tugas lagi di Jakarta.

Dan....kukuatkan segenap pikiran untuk menyambung episode ini, di 31 Okt 2011
perjalananku ke Bukittinggi dan kembali ke kota hiruk pikuk dengan kemacetan di 21 Mei adalah awal dari seorang anak dari 8 bersaudara yang terlahir 50 th silam merupakan awal harus mengikhlaskan jiwa raga darah yang mengalir ini harus berpisah dengan Ibunda tersayang untuk selama-lamanya. Kematian memang tidak dapat dimajukan atau malah diminta mundur. Semua adalah kehendak Allah SWT. Suatu saat kelak saya pun harus siap menghadap-Nya, ya Allah, kuatkan hati ini untuk sabar, tawakal menerimanya. Mama...tugasmu sebagai manusia di dunia ini telah usai, ananda doakan jalan menuju surga yang dijanjikan diberikan kemudahan, dengan semua amal ibadah yang begitu taat Mama jalani, menjadi contoh nyata bagi ananda untuk mempersiapkan diri menghadap Allah bila saatnya kelak.

Salam.